Banjir Masuk Istana

JAKARTA-Ibukota kemarin lumpuh. Hujan deras yang mengguyur sejak Kamis (17/1) dini hari menimbulkan banjir di ber­bagai wilayah di Jakarta. Kondisi itu di­perburuk dengan meningkatnya debit air Kali Ciliwung yang meningkat drastis aki­bat hujan deras di kawasan Puncak, Bogor, Rabu (16/1).
Hujan yang awet mengguyur Jakarta hing­ga sore hari itu menyebabkan beberapa point of interest terendam banjir. Mulai Istana Negara, ikon Bundaran Hotel Indo­nesia, Jalan MH Thamrin, Jalan Sudirman, kawasan Kampung Melayu, Grogol, hingga Rutan KPK juga ikut terendam air.
Pantauan di lapangan, tinggi air yang merendam kawasan tersebut beragam. Na­mun, rata-rata memiliki ketinggian mi­nimal 40 sentimeter. Malah, di salah satu sudut Kampung Melayu, titik terdalamnya mencapai 4 meter. Banjir juga membuat berbagai kereta api tidak beroperasi, berbagai kendaraan rusak dan menambah simpul kemacetan.

Makin menambah duka, karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan adanya korban meninggal akibat musibah itu. Data sementara, yang terdeteksi ada enam korban meninggal dunia. “Korban meninggal ini terhitung sejak Selasa (15/1),” ujar Kepala Pusat Data dan Humas BPNB, Sutopo Purwo Nugroho.
Banjir yang menggenangi wilayah pimpinan Joko Widodo itu telah meng­genangi 500 RT, 203 RW dari 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan. “Jumlah pen­duduk yang terendam mencapai 25.276 KK atau 94.624 orang,” imbuhnya.
Namun, dari jumlah tersebut tidak semuanya diungsikan. Evakuasi hanya dilakukan untuk warga yang masuk kategori parah dan huniannya tidak bisa digunakan lagi. Seperti di Kampung Melayu yang airnya mencapai tinggi orang dewasa. Jika dikalkulasi, total pengungsi sementara  ada 15.447 jiwa.
Sutopo menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat Jakarta terendam selain hujan yang mengguyur dengan derasnya. Salah satu faktornya adalah kisah lama, yakni banjir kiriman dari Bogor. Apalagi di Puncak pada Rabu pagi dan siang hujan deras dan membuat debit Sungai Ciliwung hulu naik drastis.
Saat itu, pada siang hari pukul 11.00 saja tinggi muka air Bendung Katulampa mencapai 70 sentimeter atau siaga tiga.  Satu jam kemudian, naik menjadi 170 sentimeter yang berarti siaga dua. Hal itu berpengaruh pada lokasi banjir Jakarta terutama daerah Ciliwung hilir yang sudah banjir sejak Selasa.
Banjir makin bertahan pada Kamis kemarin karena di Depok pada Rabu malamnya, tinggi muka air mencapai 280 sentimeter atau siaga dua. Hal itu membuat tinggi muka air di Manggarai masih 920 sentimeter (siaga dua). Angka itu cukup riskan, karena kurang 40 sentimeter menyentuh batas siaga satu. “Batas kategori siaga satu adalah 950 sentimeter. Saat air dari Depok sampai Jakarta, beberapa tempat akan mengalami kenaikan tinggi banjirnya kembali,” jelasnya. Air dari Depok butuh waktu perjalanan enam sampai tujuh jam. Kekhawatiran itu akhirnya terwujud, banjir makin meluas.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memantau perkembangan bencana banjir yang menenggelamkan DKI Jakarta dan sekitarnya. Mereka meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menganti­sipasi ancaman tujuh penyakit menular pas­cabencana banjir.
Imbauan tujuh penyakit menular ini disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama. Dia mengatakan jika penyakit menular itu adalah, diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan penyakit kulit.
Dari seluruh ancaman penyakit itu, Tjandra mengatakan bahwa ancaman serius yakni diare, demam berdarah, dan leptospirosis. Khusus soal diare, Tjandra mengatakan potensinya meningkat karena umumnya selama dan setelah banjir mereda pasokan air bersih sangat minim.
Selanjutnya untuk ancaman penyakit demam berdarah bisa muncul setelah banjir mulai susut. Biasanya setelah banjir susut, banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti penyebar penyakit demam berdarah. “Setelah banjir surut, harus segera digalakan 3-M,” ucap Tjandra.
Sementara itu persiapan gerakan tanggap darurat juga disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendik­bud). Mendikbud Mohammad Nuh kemarin bersama Presiden SBY menaiki perahu menyusuri sejumlah titik kawasan banjir.
Dalam kesempatan ini Nuh secara khusus memeriksa kondisi sekolah yang berada di lokasi banjir. “Alhamdulillah belum ada (kerusakan-red) yang terlalu serius,” tandasnya.

Istana Banjir
Sekira pukul 09.00 kemarin, kompleks Istana Kepresidenan akhirnya digenangi air setinggi 30 sentimeter. Tenggelamnya Istana Kepresidenan disebabkan tingginya debit air di Kali Ciliwung dan Banjir Kanal Barat. Pantauan di pintu air Manggarai kemarin pagi, debit air mencapai 1.030 sentimeter atau lebih tinggi dari batas siaga satu setinggi 950 sentimeter.
Untuk mencegah jebolnya tanggul Banjir Kanal Barat sehingga mampu merendam kawasan Thamrin hingga Tanah Abang, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta akhirnya membuka pintu air Manggarai yang mengarah ke Kali Ciliwung Lama. Akibatnya, kawasan ring satu yang selama ini steril dari banjir seperti Istana Kepresidenan, Istana Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Balaikota DKI, Markas Kostrad, Mabes TNI Angkatan Darat, dan Bank Indonesia terendam banjir. Kondisi ini persis banjir pada 2007 lalu. “Langkah ini memungkinkan untuk kami lakukan. Memang harus dilakukan jika kondisi terus memburuk. Tetapi sebelumnya kami akan periksa dahulu di kawasan hilir, apakah kondisinya pasang atau tidak,” tutur Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Ery Basworo ketika mendampingi Gubernur Joko Widodo meninjau jebolnya tanggul Latuharhari kemarin (17/1).
Kali Ciliwung Lama adalah jalur sungai Ciliwung purba yang berhulu di Puncak dan bermuara di Pelabuhan Sunda Kelapa melalui Manggarai, Cikini, Pintu Besar Istiqlal, dan Mangga Besar. Namun, untuk mencegah Batavia kebanjiran, Kali Ciliwung dibelokkan ke barat melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit melalui pembangunan Banjir Kanal Barat pada 1919-1920.
Selain limpasan dari pintu air Monas, genangan air di Jalan Thamrin juga disebabkan jebolnya tanggul Kali Banjir Kanal Barat di Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat. Akibat jebolnya tanggul sepanjang 50 meter tersebut, aliran air dari Banjir Kanal Banjir menggenangi kawasan Menteng hingga Bundaran Hotel Indonesia. Sedikitnya 650 personel Marinir dan Kodam Jaya dikerahkan untuk menambal tanggul yang jebol tersebut dengan bronjong.
Banjir yang menggenangi Istana Kepresidenan akhirnya bisa diatasi setelah Kementerian Pekerjaan Umum mengerahkan dua truk pompa air yang mampu menyedot 160 liter air per detik. Pompa tersebut dioperasikan di depan rumah Pangdam Jaya di Jalan Medan Merdeka Barat. “Dipompa lagi ke Ciliwung Lama,” ujar Parno.

BANJIR CILEGON
Banjir lumpur menerjang sejumlah ruas jalan utama di Pulomerak, Kota Cilegon.  Luapan lumpur dituding sebagian besar terjadi karena imbas dari eks galian C.
Luapan lumpur seperti terjadi di ruas jalan depan Lanal Banten, tepatnya di Ling­kungan Babakan Seri RT 06/01, dan jalan bawah flyover Pasar Lama Merak, Ling­kungan Sukaseneng RT 02/04,  Kelu­rahan Tamansari, Kecamatan Pulomerak.
Pantauan Radar Banten, lumpur hampir menutupi semua badan jalan. Lumpur juga terlihat menumpuk di pinggir-pinggir rumah warga yang membuat lingkungan menjadi kumuh. Bahkan, tumpukan lumpur yang terdapat di jalan bawah  flyover Pasar Lama Merak, justru terjadi sudah sepekan ini. Tapi belum juga ada yang mengeruk.
Akibatnya, di ruas jalan tersebut menjadi kotor dan licin. Kecelakaan tunggal kendaraan roda dua pun banyak berjatuhan. “Gara-gara licin oleh lumpur, Keselamatan pengendara yang melintas terancam. Tadi pagi (Kamis, 17/1) saja, lebih dari sepuluh motor terjatuh di jalan ini,” kata Rudi, warga Lingkungan Sukaseneng RT 02/04,  Kelu­rahan Tamansari.
Bukan cuma di jalan itu, tumpukan lumpur juga terjadi di Lingkungan Sukajadi RT 03 dan 05/02, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Pulomerak. Bahkan ketika hujan pada Senin malam (14/1), banjir lumpur sempat membuat perjalanan kereta api dari Kerenceng-Merak terhenti. “Dua kereta tertahan untuk jalan, mulai pukul 17.30 WIB sampai pukul 19.00 WIB,” kata Kepala Resor Rel 1.22 Krenceng-Merak Budi Setiono.
Beberapa pihak menuding, terjadinya banjir lumpur di beberapa tempat di wilayah Ke­camatan Pulomerak  imbas dari galian C.
Banjir juga terjadi di Lingkungan Gerem Raya, Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol. Sejumlah rumah warga terendam air sejak sepekan ini. Banjir terjadi karena buruknya sistem drainase di sepanjang jalan tersebut.(jpnn-mg01/alt/ags)




Nang Copast Tina  : http://www.radarbanten.com/beta/berita-utama/8209-banjir-masuk-istana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar